Selasa, 25 April 2017

FILSAFAT PATTRISTIK DAN SKOLASTIK



FILSAFAT PATRISTIK DAN SKOLASTIK

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat yang Diampu Oleh
Drs Muhammad Rifa’i M.A

Oleh :
LALU NABIL UZDY MUBAROK
NIM. 16520019
WAHYU DWI UTAMI
NIM. 16520020



PROGRAM STUDI AGAMA AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Filsafat mempunyai aspek yang cukup banyak namun disini kami hanya mengambil dua aspek dari filsafat yakni filsafat Patristik dan Skolastik, yang menurut kami cukup penting untuk di bahas terlebih dahulu sebelum jauh membahas tentang filsafat kedepan.
Filsafat Patristik membahas tentang pemikiran dari pemimpin gereja yang dipilih oleh ahli pikir, mereka ada yang menolak filsafat dan ada yang menerimanya.
Filsafat Skolastik adalah suatu aliran yang berkaitan dengan sekolah, dan merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu Filsafat Patristik. ?
2.      Siapa saja para pemikir Kristiani pada masa Patristik. ?
3.      Apa saja hasil dari pemikiran para tokoh Kristiani pada masa Patristik. ?
4.      Apa itu Filsafat Skolastik. ?
5.      Terbagi menjadi berapa periode pada masa Skolastik. ?
6.      Siapa saja tokoh yang berperan dalam masa Skolastik. ?
C.     PEMBAHASAN
1.      MASA PATRISTIK
Nama “Patristik” berasal dari kata Latin “patres” yang menunjuk kepada Bapa-bapa Gereja, berarti pujangga-pujangga kristen dalam abad pertama tarikh Masehi yang meletakkan dasar intelektual untuk agama kristen. Mereka merintis jalan dalam memperkembangkan teologi kristiani. Secara kronologis mereka masih termasuk masa kuno, tetapi dari sudut perkembangan sejarah filsafat sebaiknya mereka dipandang sebagai masa peralihan menuju pemikiran Abad Pertengahan. Dalam memikirkan iman kristiani, mau tidak mau mereka juga bertemu dengan pikiran-pikiran filosofis yang beredar dalam masyarakat pada waktu itu. Dalam hal ini kita dapat menyaksikan dua pendirian yang berlain-lainan. Ada pemikir-pemikirkristiani yang menolak filsafat Yunani bersama dengan seluruh kebudayaan kafir. Menurut pendapat mereka, sesudah manusia berkenalan dengan Wahyu Ilahi yang tampak dalam diri Yesus Kristus, filsafat sebagai kecerdikan manusiawi belaka merupakan sesuatu yang berkelebihan saja, bahkan suatu bahaya yang mengancam kemurnian iman kristiani. Seseorang yang sudah jelas menganut pendirian ini adalah Tertullianus (160-222). Tetapi ada pemikir-pemikir kristiani yang lain yang mengusahakan suatu keselarasan antara agama kristen dengan filsafat Yunani, bahkan ada yang menganggap filsafat Yunani sebagai suatu persiapan yang menuju ke Injil (“praeparatio evangelica”).[1]  
Para pembela iman Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.
1.      Justinus Martir
Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannya”.
Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal Musa hidup sebelum Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini, orang-orang Yunani (Socrates dan Plato, dan lain-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Karena orang-orang Yunani terpengaruh oleh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Demikian pembelaan Justinus Martir.
2.      Klemens (150-222)
Ia juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak membeci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut :
·         Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani
·         Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani
·         Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela ajaran Kristen dan memikirkan secara mendalam.
3.      Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya, berpendapat bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antar teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara, Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat Filsafat), tidak ada antara Kristen dengan penemuan baru.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan.
Akan tetapi lama-kelamaan, ia akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berpikir yang rasional. Alasannya, bagaimanapun juga berpikir secara rasional sangat diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan, saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga akhirnya ia melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berpikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan beserta sifat-sifatNya.
4.      Augustinus (354-430)
Sejak mudanya, ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Platonisme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat pada abad pertengahan sehingga ia sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
Setelah memperlajari alirn Skeptisisme, ia kemudian tidak menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang apat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu sebenarnya ia berpikir dan seseorang yang berpikir sesungguhnya ia berada (eksis).
Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal dan abadi. Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik.
A.    MASA SKOLASTIK
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school., yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut :
a.       Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
b.      Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya
c.       Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintetis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal
d.      Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor :
Faktor Religius
Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Sebagai dunia yang  menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam, mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan pemberi bahagia. Ia akan memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka, hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat mencapai tanah airmya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.
Faktor Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis Latin, Arab (Islam), dan Yunani.
Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu :
1.      Skolastik Awal, berlangsung dari tahun 800-1200
2.      Skolastik Punck, berlangsung dari tahun 1200-1300
3.      Skolastik Akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450

1.      SKOLASTIK AWAL
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan ke-7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun setelah berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742-814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kemerlangan abad pertengahan, di mana arah pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya.
Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal ini ditandai dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberales,meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu pertimbangan, dan musik.
Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805), Johannes Scotes Eriugena (815-870), Peter Lombard (1100-1160), John Salisbury (1115-1180), Peter Abaelardus (1079-1180).

Peter Abaelardus (1079-1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjan terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau telah diterima oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu berp]ikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.

2.      SKOLASTIK PUNCAK
Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200-1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-bersama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya :
a.       Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b.      Tahun 1200 didrikan Universitas Almamater di Perancis.universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Alamameter inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambrigde, dan lain-lainnya.
c.       Berdirinya ordo-ordo.  Ordo-ordo inilah muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian di masa kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus De Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J. D. Scotus, William Ocham.
Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles
Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles, akan tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai dikenal pada abad ke-12 telah diolah dan tercemar oleh ahli pikir Arab (Islam). Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Aristoteles masih diajarkan di fakultas-fakultas, bahkan dianggapnya sebagai pelajaran yang penting dan harus dipelajari.
Untuk menghindari pencemaran tersebut di atas (dari ahli pikir Arab atau Isla), Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd, dengan menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya : juga, bagian-bagian ajaran Aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen diganti dengan teori-teori yang bersumber pada ajaran Aristoteles dan diselaraskan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari ajaran Aristoteles telah diselaraskan dengan ajaran ilmiah (suatu sintesis antara kepercayaan dan akal).
Upaya Thoas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa Thelogiae dan sekaligus merupakan buktibahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi seluruh perkembangan skolastik.

Albertus Magnus (1225-1274)
Di samping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendekiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert Von Bollstadt yang dikenal sebagai “doktoe universalis” dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus Mgnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian lua biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberales, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.
Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia.

Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocaa Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci gereja Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu agama di Perancis dan tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana Paus.
Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggidari aliran Skolatisisme pada abad pertengahan.
Ia berusaha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, emua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia menghimbau agar orang-orang untuk mengetahui alam alamiah (pengetahuan) yang terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan pikir.
Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa Tuhan sebgai Tukang Boyong yang tidak berubah dan yang tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat dan pemikirannya abadi.
Selanjutnya ia katakan bahwa iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan alam semesta. Timbulnya pokok persoalan yang aktual dan praktis dari gagasannya adalah “pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang-orang lain”. Pandangannya inilah yang menjadikan perlawanan kaum Protestan karena sikap-sikapnya yang otoriter.
Thomas sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur Aristoteles. Ia menggunakan ajaran Aristoteles tetapi sistem pemikirannya berbeda. Masuknya unsur Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang memberikan angin segar untuk kemajuan filsafat. Kemudian Thomas mengadakan langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke unutk membuat terjemahan baru yang langsung dari Yunani. Hal ini untuk melawan Aristotelianisme yang berorientasi pada Ibnu Rusyd, dan upaya ini mendapat dukungan dari Siger van Brabant.
Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam. Bagian-bagian yang bertentangn dengan apa yang dianggap kristen bertentangan sebagai firman Aristoteles, tetapi diuapayakan selaras dengan ajaran Kristen.
Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang bercorak ilmiah (sintesis deduktif antara iman dan akal). Sistem barunya itu untuk menyusun Summa Thelogiae.
  
3.      SKOLASTIK AKHIR
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-tokohnya adalah William Ockham (1285-1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).


William Ockham (1285-1349)
                         Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran Skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dalam mendalilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tamda abstrak.
                         Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus Joh XXII.

Nicolas Cusasus (1401-1464)
                         Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat idera, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang harus diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
                         Pemikiran Nicoulas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuatke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.[2]





D.    DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,  Asmoro.2010. Filsafat Umum. (Jakarta : Rajawali Pers)
Bertens, K..1975. Ringkasan Sejarah Filsafat. (Yogyakarta: kanisius)





[1] Prof. K. Bertens. Ringkasan Sejarah Filsafat. (Yogyakarta: kanisius.1975). Hlm 20
[2] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. (Jakarta : Rajawali Pers. 2010) hlm. 69-82

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN PENELITIAN TAKHRIJ HADIST TENTANG “MENCACI-MAKI ORANG-ORANG MUSYRIK”

LAPORAN PENELITIAN TAKHRIJ HADIST TENTANG “MENCACI-MAKI ORANG-ORANG MUSYRIK” ...