KORELASI
LOGIKA

Ditujukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Logika Yang Dimpu Oleh :
Dian
Nur Anna, S.Ag.
Oleh
:
Fina
Olivia Mustofid (16520001)
Wahyu
Dwi Utami (16520020)
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN
ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Logika
adalah Ilmu tentang berfikir secara rasional untuk mencari kebenaran.
Bagian dari filsafat yang objek penyelidikannya adalah Budi atau akal.
Budi adalah salah satu sifat yang diberikan Tuhan YME kepada manusia yang juga disebut sebagai hati nurani atau budi nurani. Budi nurani adalah pencerminan terbatas dari Tuhan YME , maka dalam logika yang namanya Budi itu tidak hanya diselidiki tetapi juga sebagai alat.
Bagian dari filsafat yang objek penyelidikannya adalah Budi atau akal.
Budi adalah salah satu sifat yang diberikan Tuhan YME kepada manusia yang juga disebut sebagai hati nurani atau budi nurani. Budi nurani adalah pencerminan terbatas dari Tuhan YME , maka dalam logika yang namanya Budi itu tidak hanya diselidiki tetapi juga sebagai alat.
B.
Rumusan Masalah
a.
Hubungan logika dengan ilmu bahasa?
b.
Hubungan logika dengan ilmu metafisik?
c.
Hubungan logika dengan psikologi?
d.
Hubungan logika dengan agama?
C.
Tujuan Makalah
a.
Untuk mengetahui hubungan logika dengan ilmu bahasa.
b.
Untuk mengetahui hubungan logika dengan ilmu metafisika.
c.
Untuk mengetahui hubungan logika dengan ilmu psikologi.
d.
Untuk mengetahui hubungan logika dengan agama.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Logika dan psikologi
Hubungan logika dengan Psikologi berfungsi
memikirkan segala sesuatu tentang jiwa manusia.
Maka fungsi logika adalah untuk membahas
proses yang berfikir dengan kejiwaan manusia. Dalam psikolog membicarakan
perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses subjektif di dalam jiwa.
Dengan demikian, psikolog memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan
berfikir. Logika sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk
berfikir (bagaimana seharusnya). Untuk dapat berpikir bagaimana seharusnya,
kita lebih dahulu harus mengetahui tentang bagaimana manusia berfikir.
Disinilah letak antara psikologi dan logika.[1]
Hubungan antara logika dan ilmu psikologi ini mempelajari tentang :
a. Psikologi memberikan keterangan
mengenai sejarah perkembangan berpikir.
b. Psikologi memberikan gambaran
bagaimana manusia berpikir.
c. Sementara logika adalah cabang
filsafat yang bertujuan membimbing akal untuk berpikir (bagaimana seharusnya).[2]
B.
Logika dan bahasa
Bahasa adalah sebagai alat
komunikasi untuk kita mengungkapkan pikiran kita guna memperoleh pengetahuan
yang benar. Sedangkan logika dalam bahasa adalah alat berpikir yang apabila
dikuasai dan digunakan dengan tepat, maka akan dapat membantu kita memperoleh
kecakapan berpikir, berlogika dengan tepat. Ada pun fungsi bahasa sebagai
berikut :
a.
Untuk menyatakan
ekpresi diri maksudnya : agar menarik perhatian orang lain terhadap kita,
keinginan untuk membebaskan diri kita dan semua tekanan emosi.
b.
Untuk alat
komunikasi maksudnya: komunikasi tidak akan diterima bila ekpresi diri kita
tidak diterima / difahami orang lain sempurna.
c.
Sebagai alat
untuk mengadakan integrasi dan adaptasi social maksudnya : bahasa memungkinkan
integrasi/pembauran yang sempurna bagi individu dengan masyarakat dan bila
ingin hidup tenteram dan harmonis dengan masyarakat harus menyesuaikan diri
dengan masyarakat.
d.
Sebagai alat
untuk mengadakan kontrol sosial maksudnya : usaha untuk mempengaruhi tingkah
laku dan tindak tanduk orang lain yang sifatnya over/terbuka dan
covert/tertutup = tidak dapat diobservasi.
Ilmu
bahasa menyajian kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar, dan
logika
menyajikan tata cara kaidah berfikir secara lurus dan benar. Oleh karna itu,
keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan
sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar
semua orang untuk berfikir logis. Sebaliknya suatu kemampuan berfikir logis
tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat
menyampaikan isi pikiran itu pada orang lain. Oleh karna itu logika berhubungan
erat dengan bahasa.[3]
C.
Logika dan metafisika
Hubungan
logika dengan metafisika adalah logika berfungsi untuk menyelidiki hal-hal ada
dan mungkin ada dengan metafisika. Maka logika mempunyai fungsi untuk
menyelidiki tentang pengertian kebenaran yang ada dibalik alam semesta. Metafisika
adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas. Hakikat realitas
dapat dicari dan ditemukan dibalik sesuatu yang tampak atau nyata. Oleh sebab
itu, metafisika selalu mencari kebenaran/hakikat realitas dibalik yang tampak
dan nyata. Sikap seperti itu adalah kritis, yaitu suatu sikap yang ingin tahu
dan membuktikan tentang sesuatu yang sudah atau dianggap benar.
Teori
dalam metafisika bahwa kenyataan kebenaran/hakikat realitas adalah bukan yang
nampak, tetapi apa yang berada di balik yang tampak.
Dalil dalil, hukum hukum dalam
logika bagi metafisik bukan apa yang telah dirumuskan yang menjadi hakikat
kebenaran, tetapi apa yang berada di balik rumusan tersebut. Dengan demikian
bagi logika, metafisika merupakan kritik terhadap dalil dan hukum hukumnya.
Semakin erat hubungan logika dan metafisika, kebenaran logis makin
dipertanggungjawabkan. oleh karna itu, kebenaran logis mendekat pada kebenaran
realitas. Semakin mampu berfikir logis, orang tidak mudah tertipu dengan
kebenaran yang tampak.[4]
D.
Logika, Agama dan Ilmu Agama
Agama bukan dengan logika, agama
mesti dibangun di atas dalil. Dalam meyakini suatu akidah dalam Islam mesti
dengan dalil. Dalam menetapkan suatu amalan dan hukum pun dengan dalil. Kalau
seandainya agama dengan logika, maka tentu bagian bawah sepatu (khuf) lebih
pantas diusap daripada bagian atasnya. Namun ternyata praktek Rasul
–shallallahu ‘alaihi wa sallam– yang diusap adalah bagian atasnya. Kalau logika
bertentangan dengan dalil, maka dalil tetap harus dimenangkan atau didahulukan.
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْىِ لَكَانَ
أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلاَهُ وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ
“Seandainya agama dengan logika,
maka tentu bagian bawah khuf (sepatu) lebih pantas untuk diusap daripada
atasnya. Sungguh aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengusap bagian atas khufnya (sepatunya).” (HR. Abu Daud no. 162. Ibnu Hajar
mengatakan dalam Bulughul Marom bahwa sanad hadits ini hasan. Syaikh Al Albani
menshahihkan hadits ini).
Kata Ash Shon’ani rahimahullah,
“Tentu saja secara logika yang lebih pantas diusap adalah bagian bawah sepatu
daripada atasnya karena bagian bawahlah yang langsung bersentuhan dengan
tanah.” Namun kenyataan yang dipraktekkan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidaklah demikian. Lihat Subulus Salam, 1: 239.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al
‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Agama bukanlah dengan logika. Agama bukan
didasari pertama kali dengan logika. Bahkan sebenarnya dalil yang mantap
dibangun di atas otak yang cemerlang. Jika tidak, maka perlu dipahami bahwa
dalil shahih sama sekali tidak bertentangan dengan logika yang smart
(cemerlang). Karena dalam Al Qur’an pun disebutkan,
أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Tidakkah kalian mau menggunakan
akal kalian.” (QS. Al Baqarah: 44). Yang menyelisihi tuntunan syari’at, itulah
yang menyelisihi logika yang sehat. Makanya sampai ‘Ali mengatakan, seandainya
agama dibangun di atas logika, maka tentu bagian bawah sepatu lebih pantas
diusap. Namun agama tidak dibangun di atas logika-logikaan. Oleh karenanya,
siapa saja yang membangun agamanya di atas logika piciknya pasti akan membuat
kerusakan daripada mendatangkan kebaikan. Mereka belum tahu bahwa akhirnya
hanya kerusakan yang timbul.” (Fathu Dzil Jalali wal Ikram, 1: 370).
Guru kami, Syaikh Sholeh bin Fauzan
bin ‘Abdillah Al Fauzan hafizhohullah berkata, “Hadits ‘Ali dapat diambil
kesimpulan bahwa agama bukanlah berdasarkan logika. Namun agama itu berdasarkan
dalil. Sungguh Allah sangat bijak dalam menetapkan hukum dan tidaklah Dia
mensyari’atkan kecuali ada hikmah di dalamnya.” (Tashilul Ilmam, 1: 170).
Syaikh Sholeh bin ‘Abdul ‘Aziz bin
Muhammad Alu Syaikh hafizhohullah berkata, “Hendaklah setiap muslim tunduk pada
hadits yang diucapkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Janganlah
sampai seseorang mempertentangkan dalil dengan logika. Jika logika saja yang
dipakai, maka tidak bisa jadi dalil. Ijtihad dengan logika adalah hasil
kesimpulan dari memahami dalil Al Qur’an dan hadits.” (Syarh Kitab Ath Thoharoh min Bulughil Marom,
hal. 249).[5]
Dalam makalahnya “an introduction to
logic” Ir. Husain Heriyanto, M.Hum mencontohkan hubungan logika dengan ilmu
agama “logika dapat berperan dalam proses pembentukan hukum ini berkaitan
dengan ilmu ushul fiqh. Sebagaimana yang kita ketahui logika adalah alat
analisis dalam proses berpikir, lantas pertanyannya adalah apa kegunaan logika
dalam ilmu agama? Logika memiliki peran yang penting dalam penarikan kesimpulan
yang dilaku oleh para ahli agama dari premis-premis atau kesimpulan yang ada
dalam al-qur’an yang merupakan sumber dasar dari ahli agama, contohnya; dalam
al-qur’an terdapat keterangan bahwa “khamer dan anggur itu haram”. Kata “kamer
dan anggur itu haram” kata ini dalam logika ini namanya kesimpulan, kalau kata
“khamer dan anggur itu haram” adalah kesimpulan, lalu premis mayor dan premis
minornya kata apa? Ya tetunya kita buat premis mayor dan premis minornya.
Karena alasan atau asbab al-nuzul di haramkan khamer dan anggur itu memabukkan,
jadi premis mayornya adalah “semua yang memabukkan itu haram” dan premis
minornya adalah “khamer dan anggur itu memabukkan”.
Premis
Mayor : Semua yang memabukkan Itu Haram.
Premis
Minornya : Khamer dan anggur Itu memabukkan.
Kesimpulanya
: Khamer dan anggur Itu haram.[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
psikolog membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses
subjektif di dalam jiwa. Dengan demikian, psikolog memberikan keterangan
mengenai sejarah perkembangan berfikir. Logika sebagai cabang filsafat
bertujuan membimbing akal untuk berfikir (bagaimana seharusnya). Untuk dapat
berpikir bagaimana seharusnya, kita lebih dahulu harus mengetahui tentang
bagaimana manusia berfikir. Disinilah letak antara psikologi dan logika.
logika
dalam bahasa adalah alat berpikir yang apabila dikuasai dan digunakan dengan
tepat, maka akan dapat membantu kita memperoleh kecakapan berpikir, berlogika
dengan tepat.
Metafisika
adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas. Hakikat realitas
dapat dicari dan ditemukan dibalik sesuatu yang tampak atau nyata. Oleh sebab
itu, metafisika selalu mencari kebenaran/hakikat realitas dibalik yang tampak
dan nyata. Sikap seperti itu adalah kritis, yaitu suatu sikap yang ingin tahu
dan membuktikan tentang sesuatu yang sudah atau dianggap benar. Teori dalam
metafisika bahwa kenyataan kebenaran/hakikat realitas adalah bukan yang nampak,
tetapi apa yang berada di balik yang tampak.
DAFTAR
PUSTAKA
Surajiyo, dkk. 2016. Dasar-Dasar
Logika, (Jakarta: PT Bumi Aksara).
Ach
Kholili, dkk, “Hubungan Logika dengan Ilmu Lain”, 17 Maret 2017 http://zhebaulil.blogspot.co.id/2014/12/hubungan-logika-dengan-ilmu-ilmu-lain.html
Mubarok,Ali
“Hubungan Logika dengan Ilmu-ilmu Lainnya”. 17 Maret 2017 http://canchun.blogspot.co.id/2013/06/hubungan-logika-dengan-ilmu-ilmu-lainnya.html
Tuasikal,M.
Abduh “Agama Bukan dengan Logika”. 18 Maret 2017
[1]
Surajiyo dkk, dasar dasar logika, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016) hlm, 16.
[2]
Ali Mubarok, “Hubungan Logika dengan Ilmu-ilmu Lainnya”, diakses dari: http://canchun.blogspot.co.id/2013/06/hubungan-logika-dengan-ilmu-ilmu-lainnya.html,
pada tanggal 17 Maret 2017 pukul 10.20
[3]
Surajiyo dkk, dasar dasar logika..........................hlm 16.
[4]
Surajiyo dkk, dasar dasar logika..........................hlm 17.
[5]
M. Abduh Tuasikal, “Agama Bukan
dengan Logika”, di akses dari https://rumaysho.com/3633-agama-bukan-dengan-logika.html, pada tanggal 18 Maret 2017 pukul
13.52
[6]
Ach Kholili, dkk, “Hubungan Logika dengan Ilmu Lain”, diakses dari http://zhebaulil.blogspot.co.id/2014/12/hubungan-logika-dengan-ilmu-ilmu-lain.html,
pada tanggal 17 Maret 2017 pukul 08.22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar