Minggu, 07 Mei 2017

ILMU PERBANDINGAN AGAMA DAN BEBERAPA PERMASALAHAN ILMU PERBANDINGAN AGAMA DI INDONESIA



ILMU PERBANDINGAN AGAMA DAN
BEBERAPA PERMASALAHAN ILMU PERBANDINGAN AGAMA DI INDONESIA



Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perbandingan Agama yang Diampu oleh Muh. Hanif, S.Ag.,M.A.

OLEH :
Wahyu Dwi Utami    1522502024




PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pandangan Umum
Dalam kajian ini membahas mengenai beberapa permasalahan ilmu perbandingan agama. Ilmu perbandingan agama khususnya di Indonesia yang dipelopori oleh Prof. Dr. H. A. Mukti Ali serta sistem dan metode ilmu perbandingan agama yang dipelopori oleh M. Sastrapratedja tentang peran ilmu perbandingan agama.  Prof. Dr. H. A. Mukti Ali  menganalisis keadaan ilmu agama khususnya agama Islam di Indonesia sangat lemah. Kualitas pendidikan rendah, pemikiran mistik menjadi penyebab rendahnya iimu agama. Dalam memahami agama, kemampuan berbahasa asing menjadi suatu hal yang mutlak, informasi penuh tentang agama harus dimiliki serta mempunyai pengalaman beragama. Pengajaran dan penelitian dalam bidang perbandingan agama rupanya belum dimulai di Indonesia.
 Peran ilmu perbandingan agama menurut M. Sastrapratedja, sejarah ilmu perbandingan agama menunjukkan peran kririk ke dalam, yaitu terhadap agama itu sendiri dan ke luar yaitu terhadap kebudayaan sezaman. Dapat pula berfungsi sebagai kritik terhadap dunia modern yang cenderung mendefinisikan manusia dalam kerangka yang melalui historis, temporal, rasional. Studi perbandingan agama membuka dunia mana yang lebih luas. Tetapi ini mengandaikan bahwa ada kepercayaan akan relevansi agama.

B.     Tujuan dan Manfaat
Mengenalkan kepada mahasiswa mengenai beberapa permasalah ilmu perbandingan agama di Indonesia serta peran ilmu perbandingan agama.  








BAB II
PEMBAHASAN

ILMU PERBANDDINGAN AGAMA
Prof. Dr. H. A. Mukti Ali
Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia
            Imu perbandingan agama di Indonesia lahir di IAIN pada tahun 1961, setahun setelah berdirinya IAIN. Kajian ilmu perbandingan agama adalah salah satu cara memahami agama.  Keadaan ilmu agama, khususnya agama Islam, di Indonesia dewasa ini sangat  lemah. Kualitas pendidikan dalam ilmu perbandingan agama memerlukan suatu usaha peningkatan yang sistematis dan harus dilaksanakan dengan kesungguhan hati yang kuat. Kekurangan-kekurangan dalam pengembangan ilmu agama, khususnya Islam, dewasa ini antara lain :
1.      Kekurangan bacaan ilmiah. Perlu diterangkan bahwa buku-buku Islam yang diimpor ke Indonesia adalah dari Mesir, Libanon, dan Irak, serta dari Pakistan dan India.
2.      Kekurangan kegiatan penelitian ilmiah, menyebabkan kurang majunya kajian agama.
3.      Kekurangan diskusi akademis.
4.      Masih rendahnya penguasaan bahasa asing di antara sebagian besar mahasiswa dan dosen, sementara relatif hanya sedikit buku-buku ilmu agama yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang pembahasannya secara analitis.
Itu adalah sebab-sebab yang praktis. Disamping itu, masih ada sebab-sebab yang
fundamental, di antaranya :
1.      Arus bawah mistik dalam kehidupan agama di Indonesia. Sebagaimana diketahui, Islam yang bercorak tasauflah yang pertama datang ke Indoesia. Hal ini memberikan warna kepada kehidupan agama di Indonesia. Kehidupan agama yang bercorak tasauf ini lebih menekankan kepada “amaliah” daripada “pemikiran”. Agama adalah soal penghayatan pribadi yang tidak perlu dikomunikasikan secara umum dan tidak perlu dianalisis. Oleh karena itu, kehidupan agama yang semacam ini sudah barang tentu jauh dari pendekatan agama secara ilmiah.
Orang tidak boleh salah mengerti tentang As-Sanusiyah di Afrika Utara dan Al-Mahdiyah di Sudan, dua macam gerakan tasauf yang mempunyai perana besar di daerah masing-masing. Memang harus diakui bahwa As-Sanusiyah berjasa dalam melawan Inggris di Sudan, tetapi dalam bidang ilmiah, baik Sanusiyah maupun Mahdiyah tidak memberikan darma bakti yang beraeti di masing-masing daerahnya.
2.      Pemikiran ulama-ulama Indonesia dalam Islam lebih banyak ditekankan dalam bidang fiqh dengan pendekatan secara normatif. Telah diketahui bahwa setelah Terusan Suez dibuka, hubungan antara Indonesia dengan  negara Arab makin berkembang. Jemaah haji dari Indonesia makin meningkat, bahkan sebagian menetap di Tanah Suci, baik untuk belajar maupun untuk lainnya. Timbullah masyarakat “Jawi” di Mekah. Sebaliknya, orang-orang Arab, terutama dari Hadramaut, datanga ke Indonesia untuk mengadu nasib. Akibat dari hubungan ini, pemikiran fiqh masuk ke Indonesia. Dengan demikian, dua kecenderungan berebut pengaruh ke Indonesia, yaitu penghayatan agama secara tasauf dan pendekatan agama secara fiqh yang normatif. Sudah barang tentu pendekatan secara ilmiah terhadap agama pada umumnya.
3.      Kedua pemikiran itu, timbullah reaksi di kalangan pemikir-pemikir muslim di Indonesia, seperti Prof. Dr. Harun Nasution, Guru Besar Filsafat Islam di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Ia menentang kehidupan agama yang serba mistis dan pendekatan agama secara normatif yang terpusat kepada fiqh. Oleh karena itu ia mengarang buku-buku dalam bidang ilmu kalam dan filsafat. Namun demikan, ilmu perbandingan agama, dalam menghadapi reaksi yang sedemikian itu, harus berhati-hati supaya ilmu itu tidak terseret ke dalam teologi maupun filsafat agama.
4.      Timbulnya semangat dakwah yang begitu hebat di Indonesia, terutama setelah terjadinya pemberontakan komunis pada tahu n 1965. Pemberontakan komuis yang terjadi pada tahun 1948 dan diulangi lagi pada tahun 1965, menyadarkan umat Muslim bahwa dakwah di Indinesia harus lebih ditingkatkan. Semangat dakwah yang seperti ini menimbulkan satu cabang ilmu pengetahuan sendiri, yaitu “ilmu dakwah” atau “misiologi”. Selain itu, dalam kegiatan dakwah, semangat apologi meningkat. Hal ini tercermin dalam pidato-pidato atau khutbah-khutbah para mubaligh dan di serta dalam tulisan-tulisan dan penulis-penulis muslim. Harus diakui bahwa pada tiap agama terdapat elemen apologi. Hal ini disebabkan oleh mendalam dan tegangnya penghayata terhadap agama itu. Selain itu perlu diketahui pula apologi di kalangan pemimpin-pemimpin muslim Indonesia tidak bisa dielakkan. Hal ini disebabkan oleh usaha kristenisasi yang dilakukan oleh organisasi-organisasi Kristen di Indonesia mereka mengambil kesempatan dengan adanya kekurangan dan kemiskinan di Indonesia dengan memberikan beras, pakaian, uang dan sebagainya kepada orang-orang Indonesia supaya mereka mau menjadi Kristen. Hal ini juga disinyalir dan dibahas dalam dialog-dialog dan seminar.
Selain itu, literatur-literatur yang ditulis oleh orang-orang Barat kerap kali berisi tulisan –tulisan yang merendahkan Islam. Hal-hal semacam inilah yang menyebabkan timbulnya apologi di kalangan penulis-penulis muslim Indonesia.
5.      Salah sangka bahwa ilmu perbandingan agama datang dari barat. Padahal sebenarnya, harus diketahui bahwa yang meletakkan dasar-dasar ilmu perbandingan agama adalah Ali ibn Hazm (994-1064) dengan kitabnya Al-Fasl fi al-Milal w-al-Ahwa’ w-al-Nihal.
6.      Peserta-peserta kuliah perbandingan agama kurang menguasai ilmu-ilmu bantu perbandingan agama, seperti sejarah, sosiologi, antropologi, arkeologi, yaitu ilmu-ilmu yang dapat membantu orang untuk memahami fenomena berbagai agama. Selain itu, dari kekurangan tersebut di atas, juga pesera kuliah perbndingan agama kurang memahami bahasa asing.
Oleh karena itu, bagi orang yang mengikuti pelajaran ilmu perbandingan agama, paling sedikit selain menguasai bahasa-bahasa Arab, supaya dapat memahami Islam dari sumber asliny., juga dapat menguasai bahasa-bahasa  modern, khususnya Inggris, hingga dengan demikian dapat menbaca buku-buku yang ditulis dalam bahasa asing itu.  
Orientalisme dan Indonesia
            Sejak abad  ke 16, Belanda telah menaruh perhatian kepada Indonesia. Sarjana Belanda semenjak abad  ke 16, dan seerusnya abad ke-18 sampai sekarang, masih menulis tentang Indonesia. Perkembangan studi Islam di Belanda dapat dilihat dengan timbulnya Military Academy di Breda, diikuti Delft dan yang sempat terkenal dengan Leiden yang melahirkan orientalis-orientalis raksasa, dan yang paling raksasa adalah Snouck Hurgronje, orientalis yang belum dilahirkan Belanda sebelumnya dan sesudahnya.
Ada dua macam cara dalam memahami agama, yaitu pemahaman secara parsial dan pemahaman secara integral.
            Untuk memahami agama secara integral, diperlukan empat kelengkapan.
1.      Kelengkapan yang sifatnya intelektual
2.      Kondisi emosional yang cukup
3.      Kemauan yang konstruktif
4.      Pengalaman beragama.
Mengajar Ilmu Perbandingan Agama
            Menurut Joachim Wach, ajaran ilmu perbandingan agama harus  :
1.      Integral
2.      Kompeten
3.      Dihubungkan dengan kepentingan yang eksistensial
4.      Selektif
5.      Seimbang
6.      Imajinatif
7.      Disesuaikan dengan tingkat-tingkat pelajaran yang beraneka ragam.
Sedangkan menurut Harry M. Buck memberikan anjuran yang berguna yang menekankan pentingnya :
1.      Selekivitas
2.      Mendalam dalm konteksnya
3.      Menyeluruh
4.      Perspektif yang seimbang

Hubungan Ilmu Perbandingan Agama dengan Ilmu-Ilmu Lain
            Salah sau masalah fundamental yang dihadapi oleh ilmu perbandingan agama adalah bahwa keilmuan barat tradisional dalam bidang Religionswissenschaft  a dalah terlalu “Eropa” dan terlalu “Barat”  dalam orientasinya yang pokok dan kerangka kerjanya. Dalam hal ini terdapat dua implikasi . Pertama,  Religionswissenschaft apabila ingin tetap tumbuh sebagai studi agama secara ilmiah-agamis, maka ia harus meneliti metode-metodenya dan kategori-kategori interpretasinya. Kedua, ahli-ahli sejarah agama-agama Barat harus mengembangkan tradisi keilmuan  mereka yang unik, supaya dengan demikian dapat memberikan sumbangan yang penting pada usaha yang dilakukan dengan kerja sama yang luas pada studi agama yang ilmiah-agamis.
            Adalah jelas bahwa sejak zaman Pencerahan ilmu agama telah timbul dengan kategori-kategori Barat dalam studi agama-agama dunia, sekalipun ada prinsip –prinsip yang mereka pegang teguh tentang netralitas dan objektivitas.
           
Perbedaan pandangan antara ahli-ahli ilmu agama Timur dan Barat rupa-rupanya makin hari makin besar dalam hal metodologi, tujuan dan jangkauan ilmu itu. Pada abad ke-19, rakyat dari Timur, di bawah pengaruh Barat dan modernitas, memberi reaksi terhadap Barat dalam segala hal. Di antara mereka terdapat minoritas kecil yang dalam antusiasmenya pada segala sesuatu yang barat menjadi “a-nasional” untuk hal-hal yang praktis.
Ilmu Perbandingan Agama dan Dialog
            Sekalipun ilmu perbadingan agama di Indonesia secara teoritis kurang berkembang, akan  tetapi dalam praktik kehidupan , adanya ilmu perbandingan agama dapat membantu lancarnya dialog antarumat beragama di Indonesia.[1]
SETUJU :
Karena kepandaian bangsa Indonesia ini untuk merelatifkan segala sesuatu. Sehingga dengan demikian, memudahkan mereka untuk berbicara antar-umat beragama.
ANALISIS BACAAN
BEBERAPA PERSOALAN AGAMA DEWASA INI
Prof. Dr. H. A. Mukti Ali
Agama, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan
1.      Universitas,  Kaum Intelektual dan Pembangunan
Dekade pembangunan dunia pertama
            Dekade pembangunan dunia pertama dianggap kurang berhasil. Untuk ini, ada tidga dokumen yang perlu disinggung. Dokumen-dokumen yang berisi pikiran-pikiran baru yang mempengaruhi alam pikiran dan cara-cara kerja di dunia umumnya dalam  pelaksanaan pembangunan di tahun-tahun yang akan datang. Dalam laporan Tinbergen dinyatakan bahwa pembangunan tidak hanya berarti kenaikan kapasitas berproduksi, melainkan juga transformasi struktur sosial dan ekonomi. Demikian juga laporan Tinbergen itu menggambarkan parahnya penderitaan yang dialami sekian besar4 dari rakyat di negara-negara yang sedang berkembang. Ia juga menyinggung masalah makin meningkatnya pengangguran dan urbanisasi yang dapat diatasi dengan proyek-proyek yang dapat menarik banyak tenaga buruh dan investasi di bidang pertania, mengatasi sikap kurang senang terhadap usaha-usaha asing dan  nasional.
Perubahan Pendekatan
Penerimaan tentang serba-dimensinya realitas, perkembagan tentang keterangan-keterangan serba-mungkin dan penghayatan terhadap keseluruhan situasi dan saling hubungannya satu dengan yang lain, telah menerobos pemahaman kita tentang hidup dan kehidupan ini dan tentang hakikat manusia.
Oleh karena itu, menjadi kewajiban kita untuk selalu meneliti kembali keadaan kehidupan manusia dan bagaimana cara memecahkannya.
Pembangunan dan Universitas
Universitas atau perguruan tinggi hanya mengajarkan kepada mahasiswanya pokok-pokok pikiran yang dapat dipergunakan sebagai kunci untuk memahamikeadaan masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Dalam hal ajaran Islam, hal-hal yang sifatnya ertikal, tidak banyak terdapat perubahan-perubahan akibat perubahaan dalam masyarakat. Tetapi hal-hal yang sifatnya hubungan  horizontal, yaitu hubungan antar maanusia, mengalami banyak perubahan. Memang kadang kita hanya memahami SunnaturRasul, kita hanya memahami apa yang terdapat dalam hadist, tetapi kita lupa memahami Sunnatullah, atau yang oleh ilmu pengetahuan alam dikatakan “hukum alam” diman kita semua terlibat di dalamnya.
Selain itu, para mahasiswa harus kita timbulkan untuk berpikir kritis. Juga menjadi keharusan bagi kita untuk menimbulkan optimisme di kalangan mahasiswa. Selain dari itu mahasiswa diajarkan cara-cara untuk memecahkan suatu masalah. Dengan penguasaan sistem ilmu yang diajarkan, dengan cara pendekatannya, ditambah dengan kemampuan bahasa, maka kami rasa dunia ilmu pengetahuan akan terbuka lebar bagi si mahasiswa itu.
2.      Pondok Pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional
Pondok Pesantren adalah Pondok Pesantren
Adapun usaha yang akan dilakukan dalam usaha meningkatkan Pondok Pesantren, satu hal harus diingat bahwa Pondok Pesantren adalah Pondok Pesantren . pada dasarnya Pondok pesantren adalah Lembaga Pendidikan Islam. Pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan Agana Islam diharapkan dapat diperoleh dari Pondok Pesantren itu. Pondok Pesantren adalah tempat untuk menyeleksi calon-calon ulama dan kiyai. Perkataan seleksi sebagai pengertian bahwa ulama dan kyai itu tidak bisa dididik, juga tidak bisa dididik oleh Pondok Pesantre. Tetapi orangbisa menjadi ulama atau kyai itu karena memang ia mempunyai bakat ulama dan kyai, Pondok Pesantren adalah tempat untuk seleksi orang-orang yang memang sudah mempunyai bakat ulama atau kyai itu.
3.      Hari Depan Agama, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan
Dengan perkembangan imu pengetahuan, agama pun mengalami kemajuan yang tidak kecil. Pendapat yang menyatakan bahwa agama mengalami kemunduran akibat kemajuan ilmu pengetahuan ternyata tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah. Kami kira pendapat yang demikian itu deisebabkan oleh salah pengertian bahwa agama adalah masalah akhirat yang harus minggir untuk memberi jalan kepada penemuan-penemuan ilmiah yang sifatnya empiris. Sudah barang tentu pendapat ini salah.
Satu hal lagi perlu dicatat bahwa kalau tendensi dan kecenderungan pertumbuhan ilmu pengetahuan dewasa ini menuju kearah perpecahan dan diskriminasi, maka sebaliknya dalam kehidupan berbagai macam agama terdpat kecdenderuangan ke arah saling pengertian antara satu kelompok agama denga kelompok agama yang lain. Pada agama-agama besar di dunia, seperti Hindu dan Budha, terdapat usaha-usaha untuk mengumpulkan dan mengikat mereka dalam kelompok mereka masing-masing. Demikian juga halnya dengan Katholik Kristen dan Protestan. Dalam dunia Islam sendiri, terdapat organisasi seperti Rabithah Al Alam Al Islami dalam lingkugan organisasi-organisasi massa, dan organisasi Konperensi Islam dalam linkungan pemerintah, yang berusaha menghimpun pikiran-pikiran dan langkah-langkah untuk menghadapi berbagai persoalan, baik ke dalam maupun luar.
Tugas kita dewasa ini adalah menciptakan dan mengembangkan kebudayaan dengan efektivitas dan kreativitas ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam pandangan hidup yang transendental. Hanya kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang demikian itulah yang akan memberikan makna hidup dan membawa kesejahteraan yang kebahagiaan dalam hidup dan kehidupan ini. Inilah yang kita tuju.[2]

KONTEKTUALISASI DAN MASA DEPAN STUDI AGAMA
A.    Studi Agama dalam Konteks Global
Studi agama dalam konteks global, menurut Frank Whaling, mengandung
pengertian “seluruh dunia”. Pengertian ini mengimplikasikan bahwa studi agama harus mencakup semua agama, dan bukan hanya mencakup agama tertentu. Pada level lain, konteks global mengimplikasikan adanya kebutuhan mengambil secara serius pandangan-pandangan dan kajian kesarjanaan dari dunia lain, sehingga studi agama menjadi bersifat global, dan tidak hanya bersifat Barat dengan sudut pandangnya tersendiri.
Di dalam studi agama konteks global, ada tiga model yang berkembang. Model dominan yang pertama adalah yang disebut dengan model humanitas yang sering disebut juga dengan humaniora atau liberal arts. Tekanan utama model ini adalah pada sastra da manusia. Studi tentang agama dan sains sudah tercakup di dalam wilayah yang luas ini. Model kedua adalah model Greco-Roman yang menekankan nilai estetika kata-kata secara lisan maupun tulisan, nilai budaya terhadap kajian tentang bahasa lain, nila tradisi-tradisi besar masa lalu, serta nilai moral dan politis dari pembelajaran. Model ketiga adalah model ideal sains dari zaman modern. Dengan mengutip pandangan Butterfield, Whaling menyatakan bahwa ide tentang sains sebenarnya bukan berasal dari zaman modern. Pada abad XVII sudah muncul suatu terobosan baru dalam sains yang menghasilkan sesuatu yang lebih buruk maupun lebih baik. Dan ini merupakan satu di antara titik balik dalam sejarah pemikiran manusia.
B.     Masa Depan Studi Agama
Studi agama di masa depan, menurut Walter H. Capps, sangat diwarnai dengan tiga kecenderungan, yaitu
1.      Berbagai metode dan pendekatan dalam studi agama akan berkembang secara sequential.
2.      Studi agama sebagai sebuah disiplin akan terus melakukan proses menjadi. Sejak munculnya sebagai disiplin ilmu tersendiri pada awal 1960-an, studi agama terus berkembang hingga sekarang.
3.      Selalu muncul paradigma-paradigma baru.  Kecenderungan ini terjadi karena perspektif-perspektif keagamaan yang diidentifikasi dan disurvei di dalam studi agama selalu dapat dipetakan, ditelusuri, dan dijalaskan. Hal ini akan memungkinkan untuk bekerja dengan peta yang dikenal dan dilihat.
Menurut Waardenburg, dalam pendekatan historis kita berhadapan dengan sekuen diakronis dari sebab dan akibat dalam sejarah konstitusi, pemikiran, dan cara tindakan keagamaan. Sedangkan dalam pendekatan komparatif terhadap agama kontemporer, menurut Waardenburg, kita tengah berhadapan dengan kesejajaran dan perbedaan antaragama yang ada. Sementara dalam pendekatan konstektual, Waardenburgh mengatakan bahwa yang dihadapi adalah suatu cara yang mana sebuah agama dikondisikan oleh konteks sosila, politik, dan sebagainya.
Sehubungan dengan pendekatan hermeneutis pada agama-agama kontemporer, Waardenburgh menyarankan perlunya pemusatan perhatian pada makna dari data-data atau agama-agama bagi para pengikutnya, dan pada interpretasi yang mereka lakukan.[3]













SISTEM DAN METODE ILMU PERBANDINGAN AGAMA
Peran Ilmu Perbandingan Agama
Perkembangan Ilmu Perbandingan Agama
            Awal perkembangan Religionswissenschaft di Barat lebih diwarnai oleh semangat Aufklarung dan kemajuan ilmu pengetahuan pada abad ke-19, yaitu sikap yang rasionalistik.
Perkebangan ilmu-ilmu baru pada dasawarsa awal abad ke 20 (arkeologi, antropologi, sosiologi, psikologi-dalam, studi-studi orienttal, fenomenologi). Awal abad ke 20 diandai lebih-lebih oleh kesadaran akan kesejarahan: manusia selalu merupakan makhluk historis dan orang harus mempertimbangkan  hakikat historis dari data religius.
            Ilmu perbandinngan agama abad dua puluh bergerak antara kutub pendekatan historis dan fenomenologis. Joachim Wach mendfisikankan  pendekatan  historis sebagaia usaha untuk menelusuri asal dan perumbuhan gagasan dan institusi religius dalam  periode tertentu dan mendugai peranan kekuatan-kekuatan yang dengannya  agama berinteraksi pada periode ini. Sedangakan pendekatan fenomenologi berussaha mengkaji hakikat , makna dan struktur fenomena religius.
            Jadi apa yang disebut comparative religion atau Religionswissenschaft adalah kajian fenomena religius yang bersifat historis dan fenomenologis.
Tuntutan dari Penelitian Ilmu Perbandingan Agama
            Ilmu perbandingan agama mempunyai persyaratan akademik tertentu.
1.      Menjalankan suatu stusi interdisipliner, atau paling sedikit mampu mengadakan dialog dengan disiplin lainnya.
2.      Mampu  mengam bil jarak terhadap fenomena yang diteliti.
3.      Kemampuan mengambil jarak tidak bersikap acuh tak acuh.
4.      Ia harus dapat membedakan apa “yang seharusnya” dari apa “yang senyatanya”.
Peran ilmu perbandingan agama
1.      Ilmu perbandingan agama yang historis-fenomenologis dapat membantu untuk mencari keseimbangan dalam agama antara kecenderungan ruinitas atau insitusionalisasi dan kreativitas.
2.      Dengan menemukan struktur esensial dari pengalaman agama, ilmu perbandingan agama dapat membantu untuk menghindari identifikasi agama dengan perwujudan historis konkret.
3.      Ilmu perbandingan agama memberikan tantangan terutama kepada agama-agama semitik yang mempunyai klaim kemutlakan.
4.      Studi agama-agama dengan menemukan makna dan struktur dasar pengalaman religius memberikan kontribusi bagi pemahaman mengenai manusia.[4]
SETUJU :
            Ilmu perbandingan agama bila dijalankan dengan baik, dapat pula berfungsi sebgai kritik terhadap dunia modern yang cenderung mendefinisikan manusia dalam kerangka historis, temporal, rasional.
ANALISIS BACAAN
PENELITIAN AGAMA
(Suatu Pembahasan Tentang Metode dan Sistem)
Metode Sosio-Historis
Dengan metode sosio-historis dimaksudkan suatu metode dengan pemahaman terhadap suatu kepercayaan, ajaran atau kejadian dengan melihatnya sebagai suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan dan lingkungan di mana kepercayaan, ajaran, dan kejadian itu muncul.
Penelitian Keagamaan
Penelitian keagamaan tentang perkembangan dan pengaruh agama Islam terhadap masyarakat Indonesia sendiri amat penting dan perlu dalam rangka pengembangan pengetahuan keislaman di Indonesia. Masyarakat Indonesia tidaklah dalam keadaa kosong dan hampa budaya ketika Islam datang. Sudah barang tentu terjadi pembenturan dan pergeseran di samping penyesuaian dan penyerasian nilai-nilai dan norma-norma secara timbal-balik antara Ilan dan kebudayaan suku-suku bangsa di Indonesia. Dengan penelitian keagamaan ini diharapkan akan diketahui bagaimana perwujudan sosial dan kultural agama Islam dalam masyarakat Indonesia yang berbagai itu dansejarah mana kebudayaan setempat ikut mewarnai perwujudan sosial dan kultural agama Islam tersebut.
Ilmu Sosial dan Ilmu Agama
Bagi ahli ilmu sosial, yang menyebabkan kecenderungan untuk berbicara tentang agama ialah
(i)                 Bahwa yang dianggap ahli ilmu sosial adalah masyarakat. Masyarakat Indonesia yang akan digarap oleh ahli-ahli ilmu sosia adalah masyarakat agamis.
(ii)               Kalau yang diamati oleh ahli ilmu sosial itu adalah aspek-aspek kehidupan masyarakat, sudah barang tentu mereka harus juga mengetahui dorongan-dorongan yang menyebabkan timbulnya tindakan masyarakat itu.
(iii)             Melihat agama hanya ditekankan kepada aspek-aspek sosialnya dan sebagai sesuatu yang timbul dari pergaualan sesama manusia ternyata tidak membawa pengertian yang sebenarnya tentang agama.
Penelitian Agama dan Metodologinya
Penelitian agama menyangkut umat beragama yang hidup di tengah-tengah dunia ini. Mereka sebagai hamba Allah yang berusaha mengembangkan hubungannya dengan Tuhan di tengah-tengah pergaulan dengan sesama manusia di dunia ini. Penelitian agama berhubungan dengan ungkapan umat manusia sebagai hamba Allah yang menjalankan pesan-pesan agamanya sebagai anggota masyarakat di tengah-tengah di dunia ini. Dengan ini maka penelitian agama berpijak pada situasi konkrit, pada pengalaman umat yang nyata. Tetapi dari pihak lain, situasi konkrit juga menjadi objek penelitian ilmu-ilmu sosial.
Tentang Metode Penelitian Agama
Adapun tentang objek penelitian agama adalah tindak-laku umat beragama, sejauh mana ajaran agama diwujudkan dalam hubungan antar sesama manusia dalam hidup kemasyarakatan. Kita mengetahui bahwa agama dan masyarakat saling berpengaruh. Dengan demikian bidang yang digarap oleh penelitian agama adalah  (1) lembaga agama, (2) hubungan agama, (3) fungsi agama, (4) teks dan dokumen agama.[5]

BAB III
PENUTUP
Keadaan ilmu perbandingan agama di Indonesia dewasa ini masih sangat lemah. Oleh karena itu, perlu peningkatan kualitas seperti pendidikan di Indonesia khususnya para mahasiswa jurusan perbandingan agama. Mahasiswa harus disadarkan bahwa ia adalah orang yang cakap dan mempunyai hari depan yang baik, yang karena itu timbul kegairahan untuk memecahkan persoalan-persoalan kususnya persoalan ilmu perbandingan agama dewasa ini. Memahami cara memecahkan masalah atau “method of approach”. Dengan pengetahuan method of approach itu mahasiswa dapat menghampiri permasalahan.















DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti (1987), BeberapaPersoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali Pers
Ali, Mukti (1990), Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia,dalam Ilmu Perbandingan Agama
      di Indonesia (Beberapa Permasalahan). Jakarta : INIS
M. Sastrapratedja (1990), Peran Ilmu Perbandingan Agama, dalam Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia. Jakarta: INIS
Hidayatullah, Syarif (2011), Studi Agama Suatu Pengantar. Yogyakarta: Tiara Wacana
















LAMPIRAN
Berikut ini lampiran buku yang menjadi rujukan


[1] Mukti Ali, ilmu perbandingan Agama di Indonesia. Dalam Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa permasalahan). (Jakarta: INIS. 1990). Hal. 3-11
[2] Mukti Ali, Agama, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan, dalam Beberapa Persoalan Agama Dewsa Ini. (Jakarta: Rajawwali Pers. 1987). Hal. 3-70
[3] Syarif Hidayatullah, Studi Agama suatu pengantar. (Yogyakarta: Tiara Wacana.2011). Hal 111-116

[4] M. sastrapratedja, Peran Ilmu perbandingan Agama, dalam Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia (Beberapa permasalahan). (Jakarta: INIS. 1990). Hal. 57-60
[5] Mukti Ali, Penelitian Agama, dalam Beberapa Persoalan Agama Dewsa Ini. (Jakarta: Rajawwali Pers. 1987). Hal. 321-338

1 komentar:

LAPORAN PENELITIAN TAKHRIJ HADIST TENTANG “MENCACI-MAKI ORANG-ORANG MUSYRIK”

LAPORAN PENELITIAN TAKHRIJ HADIST TENTANG “MENCACI-MAKI ORANG-ORANG MUSYRIK” ...